Bale Paruman
Ruangan ini adalah ruang tengah yang difungsikan sebagai tempat musyawarah keluarga. Selain itu, tempat ini juga digunakan untuk mempersiapkan sesaji upacara keagamaan. Pada konsep mebanjaran, Bale Paruman digunakan untuk tempat berkumpulnya krama Banjar atau warga banjar untuk melakukan kegiatan seperti musyawarah, pentas seni dan kegiatan lainnya.
Bale Paruman di Banjar Kuwum ini didirikan pada tahun 1952. Untuk mengetahui lebih detail dari bangunan ini, berikut adalah metadata dari Bale Paruman.
Metadata Bale Paruman
Object 1 "Bale Paruman"
Nama Object : Bale Paruman
Deskripsi Singkat : Bale Paruman adalah Bale yang pada umumnya digunakan untuk musyawarah.
Deskripsi Detail : Dalam Struktur Bangunan Bali Menurut Asta Kosala Kosali atau penempatan Bangunan sesuai dengan arsitektur Bali, Bale Paruman ini memiliki fungsi utama untuk tempat musyawarah keluarga. Selain itu, tempat ini juga digunakan untuk mempersiapkan sesaji upacara keagamaan. Pada lingkup Bale Banjar fungsi dari Bale Paruman atau Bale Daje adalah sebagai tempat dilakukannya musyawarah antar warga Banjar Kuwum jika terdapat pembahasan mengenai keagamaan, sosial dan lain sebagainya. Seiring perkembangan jaman, Bale Paruman ini kemudian menjadi Bale Multi-fungsi seperti digunakan untuk membuat acara ulang tahun STT, membuat Ogoh-ogoh, pementasan tari-tarian dan hiburan lainnya.
Deskripsi Visual : Bale memliki 9 Tiang dan sendi tiang kayu. Memliki panjang 5meter dengan lebar 4meter. Bagian atap Bale menggunakan kayu camplung dengan aksen ukiran Bali. Terdapat gebyog atau pintu Ukir Bali serta Ukiran Bali pada dinding Bale Paruman.
Tahun : 1952
Periode : 2023
Nama : Bale Paruman atau Bale Daja.
Negara : Indonesia
Gaya : Arsitektur Bali.
Bahan Utama : Batu Cadas dan Batu Item.
Bahan Tambahan : Kayu Saka Jati, Batu Sikat, Genteng, Sendi
Teknik Pembuatan : Teknik Konstruksi.
Ornamen : –
Panjang : 550 Centimeter
Lebar : 400 Centimeter
Tinggi : 350 Centimeter
Berat : – Kilogram
Volume : –
Kondisi Fisik : Terawat
Tingkat Kerusakan : 15%
Negara Lokasi : Asia Tenggara
Provinsi : Bali
Kota : Badung
Kecamatan : Kuta Utara
Desa/Kelurahan : Kerobokan Kelod, Kelurahan Kerobokan
Banjar : Kuwum Kerobokan Kelod
Alamat : 85Q5+CMV, Gg. Jepun, Kerobokan Kelod, Kec. Kuta Utara, Kabupaten Badung, Bali 80361
Garis Lintang (Latitude) : -8.66135 (-8.66135149320651)
Garis Bujur (Longitude) : 115.15917 (115.15937006627215)
Periode Sejarah : 1952
Fungsi : Sebagai untuk melakukan musyawarah dan diskusi oleh krama banjar.
Pemilik : Desa Adat Kerobokan Kelod
Sejarah Kepemilikan : Bangunan ini merupakan bangunan yang resmi dimiliki secara adat oleh Desa Adat Kerobokan Kelod dimana ini ditujukan untuk arsip data Bale Banjar yang ada disetiap desa di Kabupaten Badung.
Nilai Sejarah :Beberapa fenomena tradisi demokrasi terlihat jelas saat mereka melaksanakan kegiatan musyawarah yang dikenal dengan nama paruman/sangkep banjar dimana tidak terdapat perbedaan kasta, semua krama (warga) banjar memiliki kesetaraan suara dan duduk sama rendah pada saat sangkep. Indikator tradisi demokrasi lainnya juga dapat dilihat dari adanya rotasi jabatan kelihan (pimpinan) banjar serta proses kaderisasi; terdapatnya keragaman aktivitas dan ragam waktu kegiatan yang egaliter, antara satu kegiatan dan kegiatan lainnya yang kesemuanya dapat diakomodir lewat tradisi solidaritas; terdapatnya kebhinekaan tampilan wujud dan tata letak bale banjar adat di Kota Denpasar. Temuannya adalah masyarakat banjar adat di Bali menganut tradisi demokrasi yang terdiri atas 1) tradisi kebebasan, disebut sebagai konsep aditivia; 2) tradisi egaliter, disebut sebagai konsep patuh/pateh; dan 3) tradisi solidaritas dikenal sebagai konsep menyamabraya.
Nilai Budaya : Tempat berkegiatan paruman/sangkep banjar biasanya dilaksanakan di bale komunal. Adapun pola duduk krama banjar pada saat paruman/sangkep adalah memusat dan berfokus pada satu titik. Kelian banjar berada di depan dan dikelilingi oleh krama banjar lainnya dengan duduk bersila dilantai, dihalaman maupun di bale dan duduk sama rendah tanpa membedakan kasta, jabatan dan status sosial, dalam kata lain tidak ada stratifikasi sosial. Pakaian yang digunakan adalah pakaian adat ringan dan kehadiran krama banjar pada saat sangkep merupakan suatu kewajiban. Hasil wawancara dengan beberapa kelian banjar adat yang diteliti ditemukan bahwa pada saat sangkep banjar terdapat 3 (tiga) sistem tata cara pemilihan prajuru adat, yaitu sistem suryak siu, sistem merembug, dan sistem voting. Sistem suryak siu, menunjuk langsung dan disetujui. Sistem merembug sama dengan musyawarah. Sistem voting merupakan sistem yang paling jarang dipakai.
Nilai Estetika : –
Nilai Ekonomi : –
Foto Bale Paruman
Bale Paruman Bale Banjar dapat dilihat dari berbagai sisi











